USA
Negara yang maju
Negara adidaya
Negara yang diimpikan semua orang
Banyak orang yang mengadu nasib disana
Tetapi kenapa negara yang maju
Tetapi tidak maju dalam agama dan ras
Banyak sekali orang rasis
Kenapa tak tergubris warga USA
Pemimpin semestinya menjadi panutan
Tetapi kenapa melarang warga muslim dan membedakan ras
Kenapa padahal mereka percaya
Untuk mengadukan nasibnya
Pengarang : GH
Rabu, 10 Oktober 2018
Kerangka
Begitu banyak jumblahmu ketika awal
sampai beberapa berkurang karena menyatu
mengikat dengan tali pengerakku
tempat lahirnya pelindungku
membuatku dapat bergerak
melindungiku dari guncangan
selalu berada denganku ketika lahir
hingga menemaniku saat mati
Pengarang : Si Tampan dari XI MIA 1
SMAN 1 KANDANGHAUR
Malam ini
dingin menerpa wajah yang merana
merasuk jauh dalam beranda hati yang tengah terpana
inikah gelap ?
yang sembunyikan keluhan sang surya
inikah gelap ?
yang biarkan purnama merajai alam
malam ini
dipenghujung leleahku
malam ini
ditengah ranah penantianku
aku tersungkur menikmati lara yang membara
malam ini
melodi hatiku menyanyikan nyanyian rindu
untukmu yang jauh disana
Pengarang : Sofie Puji
SMAN 1 KANDANGHAUR
Refleksi diantara sore
Drama
Jaka
Rangga
Arjuna
Pitaloka Sang Bunga
Wayang Pelita memulas dendam
sang hyang widi meluruh patuh
abdi gelora
tabung genderang joget si setan
tanah jawi harum melati
pusaka suci
perang!
perasaan!
dan kita bercerai berai
api doa dan asap dosa
tanganku menyatu menangis pinta
majapahit telah runtuh
jaka dolog, kalagemetmu penuh rayu
sekar kemuning tersenyum sendu
sayu
lalu terbang
menjadi abu
jaka
rangga
arjuna
drama
senyap membunuh suara
bising lari keterdiaman semakin lara
penuh bisu dan aku ragu
senja amat getir bubat telah berakhir
kuti
sora
dengarkan dewi
sekar kedaton telah remaja
revolusi melati dan ajian dendam
keris empu gandring mengintai
kidung sunyi membisik mengusik
angin membawa debu
sungai mengalir air
pitaloka awal
hayam wuruk terakhir
cinta kita akan selamanya terukir
Pengarang : Anah Suhaenah Nurohmat
Sekolah : SMAN 1 KANDANGHAUR
Pengarang : Anah Suhaenah Nurohmat
Sekolah : SMAN 1 KANDANGHAUR
Rabu, 29 Agustus 2018
Sesal
By : Anah Suhaenah
Matahari diluar tadi bersinar galak membiarkan peluh
membanjiri badan. Seperti pejabat negara, begitu keluar dari mobil aku langsung
dikawal, terkekeh bedanya aku disambut teriakkan cemoh dan berondong pertanyaan
kepo wartawan, tak lupa berbagai jepretan kamera mengambil gambarku. Tak
mengindahkan tangan yang sakit akibat diborgol aku memasuki hotel prodeo.
Hidup ini keras dan rapuh itu yang
kupelajari. Keras karena kau harus selalu bertahan dan rapuh ketika kau
tergilas abu tak bisa bertahan. Aku harus apa… aku harus apa.. otak ini terus
berpikir mencari jalan keluar dan tangan mulai gemetaran saking takutnya.
Kehidupan orang dewasa begitu pelik dibicarakan apalagi sepertiku yang berada
dibawah garis kemiskinan. Jalanan adalah sahabat bagiku, entah itu halal atau
haram lagipula sudah lupa aku dimana Tuhan. Kerasnya hidup telah menutup mata
hati segala yang mereka sebut laik adalah kemewahan tersendiri yang kubenci.
Semua orang butuh uang dan aku
sakau uang. Teman teman yang lain mendapatkannya dengan mencopet, menipu bahkan
menjual keperawanan dan melacur di ruamh pedosaan itu hal yang lumrah disini
akan kau temui sejumblah kisah menyedihkan seperti kami di bagai kota
metropolitan, aku mendapatkan uang dengan cara yang lebih berkelas. Miris,
awalnya kupikir begitu namun lambat laun menjadi hal yang biasa bahkan sering
kulihat tak jarang kupraktekkan ‘’ jahat ‘’ tuli telingaku mendengarnya sekali
lagi tentang uang ketika keadaan terdesak berbagai aksi nekat kulakukan hanya
untuk uang. Defisi suatu benda yang membawa kebahagiaan bagi setiap orang.
Keluarga ? apa itu keluarga ?
sesuatu yang kupunya namun enggan kuingat. Masalah selalu muncul sebagai
tantangan di masa muda yang penuh dengan pergolakkan, kelabilan, egois dan
keinginan untuk bebas. Ketika kupikir lagi sekarang, betapa mengecewakannya aku
dulu. Usai 15, aku kabur dari rumah
memilih jalanan untuk bertahan hidup. Masih kuingat seraut wajah ibu
yang penuh air mata terisak pilu menahanku dari pergi, lalu ayah dengan wajah angkuhnya
mempertahankan nilai nilai moral keluarga. Aku selalu mencintai wanita penuh
kasih sayang itu disaat semua orang mengangapku sampah ia masih menerimaku yang
telah seperti ini. Terakhir kali bertemu dengannya 3 bulan lalu di tanah
perkuburan yang mewangi kembang. Tergugu terisak aku dan hujan, kami menangis
bersama.
Terlepas dari itu kulanjutkan
hidupku yang berlumpur dosa ini. Rumit dijelaskan namun keluargaku tercerai
berai. Lelaki tua itu entah dimana keberadaannya setelah kudengar telah pensiun
dini, Melia adik kecilku mungkin sekarang berusia remaja kuharap tidak
sepertiku yang pembangkang, apa kabarnya? Dalam hatiku terdalam jujur ingin
pulang namun terlalu jauh untuk kembali, lihat sekarang! Aku Matheo si Bandar
Narkoba kelas kakap. Rekor pertemuanku dengan polisi dan pertarunganku dengan
senjata api telah melegenda diantara teman teman seperjuangan lainnya, tak
dapat diragukan lagi. Namun kini..
‘’ Dengan ini
Hakim memutuskan saudara Matheo Regulus atas daqwaan kepemilikan ganja seberat
50 kg dijatuhi hukuman gantung !! ‘’
‘’ Tok..
Tok..Tok.. ‘’ Suara ketukan palu Pak Hakim begitu mengosongkan jiwa aku tak tau
rasanya sebegitu menghampakan seperti ini. Tak terasa air mata mengalir dipipi
menyusul rasa sesak membuncah di dada begitu tiang gantungan membayang dimata.
‘’ Ganja.. 50 kg.. gantungan.. hukum
mati.. aku.. oh Tuhan.. ‘’ aku tau, begitu tak tau dirinya aku tersadar
mengingat Tuhan pada waktu yang sedemikian terlambat seperti sekarang.
‘’ Aku harus apa.. aku harus apa..’’
nafasku tercekat mengingat pelukan terakhir ibu yang membelaiku dengan tangis.
Lalu semuanya kosong, perlahan dingin dan yang kupijak hanya gelap.
Pers memang wadah menyalurkan
berita. Beberapa hari kemudian sebuah berita menyebar menjadi trending topik
nasional. SEMALAM SEBELUM MENGHADAP TIANG GANTUNGAN TERPIDANA NARKOBA INISIAL
M-R BUNUH DIRI TRAGIS.
Ibu, kumohon peluk
aku lagi.
PELAMPIASAN
By : Anah Suhaenah
Bila angin selalu pergi
Bila malam selalu gelap
Jika ku berdusta
Jika kau mencinta
Dan angkasa yang tak berujung
Hujan telah iringi tangisku
Pada sorot matamu ada geram menyala
Melangkah diantara titian asa
Lalu terjun dari kebatuan emosi
Nafsu memburu
Tujuan yang tak menentu
Kita bertemu di padang kebimbangan
Lalu kubakar jerami kegelisahan
Perihnya dendam masa lalu
Menuntun kita mencandu anggur dosa
itu
Asap itu terus membumbung
Asap berlalu pupus
Menuntun pada mesranya masa lalu
Semangatmu dan harapanku
Kita manusia dusun
Kehilangan rasa aman
Dan tempat untuk pulang
Kebersamaan yang tabu
Lalu menyelinap rasa jemu
Bersamamu
Kuisap nelangsa
Kuterjang karang
Walau kutahu berakhir karam
LABIL
By Anah Suhaenah
Sunyi, apakah itu abadi ?
Adalah kita yang berlari
namun tak tau apa yang kita cari
Adalah kita yang bimbang
dalam keputusan yang membingungkan
Keraguan muncul dibalik tanda tanya
Setelah menerpa jalan penuh duri
Jalanku jalanmu
Kita telah melangkah dalam perbedaan
Lelah melanda hampa
Keputusasaan yang tanpa jawab
Mengorek cerita hidup perjalanan
Nelangsa
Jelas ada rasa berlsalah disana
Seperti pupus yang menorehkan dosa
maha kelam
Menentang hati dengan kenistaan
teramat dalam
Malu menjeri
Hinggap dalam diri
Menuntun dalam bayangan masa lalu
yang gamang
Langganan:
Postingan (Atom)